Anjuran dalam menuntut ilmu
pengetahuan telah diwajibkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Allah
SWT telah menjamin derajat yang mulia nan tinggi bagi hamba-Nya yang
beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat sebagaimana ditegaskan
dalam firman Allah SWT dalam surat Al Mujadilah 11: ``Allah SWT akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.``
Namun, apabila seorang muslim dalam menimba ilmu hendaknya ia pandai
memilih dan memilah seorang guru atau ulama` yang dapat membimbingnya
menuju Allah SWT.
Fenomena yang berkembang pada masyarakat modern saat ini, banyak
kalangan generasi muda kita yang gandrung belajar pada ulama` hasil
tempaan dan didikan sarjana barat yang notabene beraliran orientalis dan
liberal yang mana akan menyebabkan seorang muslim dangkal aqidahnya.
Lebih menyedihkan lagi, mereka yang berguru pada ulama` yang menyimpang
pada Al-Qur`an dan As-Sunnah ini menyebabkan mereka jatuh pada kubang
kekufuran secara perlahan, tetapi pasti dan dikhawatirkan akan
terjurumus pada lembah kemurtadan.
Rasulullah SAW mewanti-wanti ummatnya agar tidak salah dalam memilih
guru yang mana mengajarkan ilmu yang mana bertolak belakang dengan Al
Qur`an dan Hadits. Mereka yang mengamalkan ilmu dengan cara sandaran
akal dan nafsu tanpa ada landasan hujjah Rasulullah SAW, maka
dikhawatirkan akan menjerumuskan pada tindakan bid`ah, dimana setiap
bid`ah adalah sesat dan menyesatkan yang mana akan menjerumuskan
seseorang pada neraka. Rasulullah SAW bersabda, ``Amma ba`du.
Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah. Sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Seburuk-buruk hal adalah yang baru
(bid`ah). Dan setiap bid`ah adalah sesat``.
Karena itu, apabila seseorang telah belajar pada orang yang menyebabkan
ia ragu dan dangkal keimanannya maka akan berekses pada jiwanya yang
mana ia akan menolak orisinalitas dan otentitas kebenaran Al Qur`an.
Maka lihat saja generasi muda muslim kita mengidolakan pemikiran liberal
yang mana semua produk pemikiran mereka berpijak pada akal. Kebanyakan
mereka gandrung akan berfilsafat, karena guru mereka hasil didikan para
pedagogig-pedagogig (pendidik) yang sengaja ingin menghancurkan islam.
Sudah menjadi sebuah keniscayaan bagi penulis untuk memberikan petuah
kepada pembaca agar jangan keliru dalam memilih ulama`. Maka, seorang
yang memiliki akal yang sehat ia akan mendekat pada ulama` yang mana
mengantarkan seseorang sampai pada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda
``Hati-hatilah kamu, jangan duduk berdekatan dengan orang pandai
(ulama`) kecuali yang mengajakmu dari lima kelima yakni : Pertama, dari keyakinan kamu diajak menuju ke ``keyakinan``. Kedua, dari kesombongan kau diajak menuju ``tawadhu``. Ketiga, dari permusuhan kamu diajak menuju perdamaian. Keempat, dari riya kau diajak menuju keikhlasan. Kelima,
dari rakus harta kau diajak menuju
zuhud.``
Belajar pada ulama
yang arifin di tengah ketidakmenentuan zaman seperti saat ini adalah
suatu kebutuhan bagi ummat. Tetapi, arus globalisasi dan pergolakan
zaman yang terus berubah dan tidak menentu, mengakibatkan ummat Islam
lari dari ulama dan fuqaha. Mereka enggan mengambil manfaat dari ulama
yang arifin yang mana di dalam petuah dan nasehatnya terkandung ilmu dan
hikmah. Ceramah yang disampaikan oleh ulama` hikmah mengandung hikmah,
yang mana Allah Swt berfirman dalam Al Qur`an surat An Nahl;125, ``Serulah
manusia kepada jalan Allah dengan hikmah, pelajaran yang baik, dan
bantahlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang yang mendapat petunjuk.``
Amat disayangkan seseorang yang mengaku sebagai ummat Nabi Besar
Muhammad SAW. Tetapi, mereka tidak mengenal ulama-ulama yang arifin dan
tidak mau mendekat dan berguru padanya. Lebih celakanya, seseorang yang
membenci ulama dimana akan mengakibatkan manusia terjerumus pada lubang
kebinasaan yang abadi. Diriwayatkan oleh Sayyidina Ali r.a. bahwa
Rasulullah SAW bersabda, ``Saya telah menanya Jibril tentang para
ulama yang di jawab : bahwa mereka adalah pelita-pelita ummatku di dunia
dan di akhirat, bahagialah bagi yang mengenal mereka dan celakalah bagi
yang mengingkari atau membenci mereka``. (Kawaasyii)
Mengingkari ulama` akhirat termasuk dalam kategori tindakan jahil bagi
seseorang yang mana dapat menjerumuskan manusia dalam kubang kebinasaan.
Maka dari itu, ulama akhirat harus terus didekati dan diimitasi segala
bentuk perilakunya. Menimba ilmu kepada mereka akan menjadikan diri ini
bertambah adab. Karena itu, salah satu ciri dari ulama akhirat dalam
pandangan Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad adalah rendah hati,
memiliki rasa takut kepada Allah, zahid terhadap kenikmatan dunia, puas
dengan dunia yang sedikit, menafkahkan kelebihan dari kebutuhannya yang
ada ditangannya, menasihati para hamba Allah dan menampakkan kasih
sayang terhadap mereka.
Para ulama yang arifin mengajarkan ilmu sambil dipraktekkan ilmu yang
diajarkan kepada orang-orang yang belajar kepadanya. Mereka dihiasi oleh
cahaya kewibawaan karena keikhlasan di dalam lubuk hati dalam
mengamalkan ilmu. Biasanya ulama yang arifin sedikit berbicara dan lebih
mengedepankan dalam amal dan perbuatan. Ilmu yang diberikan kepada
segenap muslim penuh keberkahan, karena dalam pandangan ulama yang
arifin ilmu tidak dibarengi dengan amal akan menyebabkan seseorang
terjerumus pada api neraka. Ilmu itu sebenarnya hanya keberkahan semata,
yang mana Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi pernah menuturkan bahwa, ``Ketahuilah adab adalah tepungnya dan ilmu adalah garamnya. Ketahuilah ilmu adalah keberkahan semata.``
Kalangan ulama dunia lebih mengunggulkan ilmu dari pada iman dan
akhlaq. Padahal ilmu bukan untuk dijadikan sebagai bahan berdebat dengan
orang-orang bodoh atau untuk berbangga-bangga dihadapan para ulama`,
melainkan tujuan dalam mencari ilmu titik pijaknya menggapai keridhaan
Allah SWT. Ilmu itu adalah sebuah amanat yang mana wajib bagi yang
dikarunia oleh Allah SWT menyampaikannya begitulah pameo Habib Sholeh
bin Ahmad Al Aidrus yang mana wajib bagi seorang ulama mengamalkan
kepada seseorang yang membutuhkan. Bagi ulama` arifin yang dikejar
bukanlah popularitas karena keluasan ilmu yang bercokol dalam otak dan
hatinya. Tetapi, yang digapai oleh mereka adalah keridhaan dan rahmat
semata.
Mereka golongan orang-orang yang mengamalkan ilmu disertai oleh rasa
takut dan mengharapkan perjumpaan dengan Rabb-Nya. Sahl Abdullah
berkata, ``Manusia semuanya mati, kecuali ulama, dan mereka mabuk
semuanya, kecuali yang mengamalkan ilmunya, dan mereka semua tertipu (
yang mengamalkan ilmunya) kecuali yang tulus ikhlas, merekapun
khawatir.``
Ilmu bagi para arifin billah hanyalah sebuah cahaya yang diselinapkan
oleh Allah SWT dalam lubuk qolbu seorang hamba mukmin. Al Habib Idrus
bin Salim Al Jufri berkata, ``ilmu itu cahaya di dalam hati dan pemiliknya mereka telah mencapai derajat di sorga.``
Ulama akhirat lebih memfokuskan dalam membersihkan hati daripada lahir
yang kesemuanya akan binasa. Ulama akhirat takut terhadap kedunguan yang
ada dalam hatinya dan kering dalam amal perbuatan, sehingga para ulama`
arifin lebih sedikit mengekang lisannya dan memfokuskan pada pengamalan
dirinya sendiri baru diajarkan pada orang lain. Sedangkan ulama jahat
atau orang alim yang munafik mereka pandai dalam berretorika, namun
hatinya dungu dan bodoh dalam beramal. Sayyidina Umar Ibnul Khattab
pernah berkata,``sesungguhnya yang paling menakutkan dari sesuatu yang
kutakuti pada ummat ini yaitu orang alim yang munafik. Maka orang-orang
bertanya pada sayyidina Umar. Apakah ada orang alim yang munafik?.
Sayyidina Umar berkata, ``Orang alim yang munafik yaitu orang pintar dalam bertutur kata tetapi jahil pada hatinya dan amalnya``.
Ulama arifin dalam mengajarkan ilmunya dilandasi rasa ikhlas dan
menjauhkan diri dari sifat riya` dan sum`ah. Maka dalam memilih dan
memilah ulama harus hati-hati. Karena, pada akhir zaman ini banyak dari
para ulama yang justru menggiring ummat pada penurunan moralitas dan
adab. Mereka mengajarkan pada murid dan anak didiknya berdebat yang
justru berkontradiksi dari ajaran Rasulullah SAW dimana melarang pada
ummatnya untuk berdebat. Tetapi, kebiasaan ulama`-ulama` dunia lebih
mengedepankan nafsunya daripada ilmunya sehingga petuah-petuah yang
disampaikan pada ummatnya selalu tidak bermanfaat.
Al Habib Abdullah bin Alwi Al
Haddad berkata, ``seorang Daiillah tidak akan sempurna sebelum ucapan dan tindakannya menjadi hujjah bagi orang-orang mukmin.`` Karena
itu, berguru pada ulama yang arifin adalah sebuah keniscayaan yang mana
dapat menyelamatkan seorang hamba pada jalan yang lurus selalu
memperoleh rahmat dan ridho Allah Swt. Maka sebelum penyesalan merenggut
hati dan jiwa ketika ulama arifin wafat menghadap sang khaliq, maka
sudah sepatutnya diri ini memacu untuk menimba ilmu dan adab kepada
mereka. Ref./Datwah
0 Komentar:
Posting Komentar